Memulai

Seperti masa-masa yang lalu, saya selalu terbentur masalah yang sama: tidak tahu bagaimana memulai sesuatu. Banyak ide berputar dalam kepala saya, mendesak ingin keluar, tapi selalu terhenti bahkan dalam kali pertama saya menekan keyboard.
Lalu, blank. Kosong.

Itulah mengapa laman blog ini baru saya saya tulis kembali setelah dua tahun. Drafts tulisan sih sudah tersimpan dan menumpuk sejak lama, namun saya tak pernah melanjutkannya.
Mengapa? Entahlah, saya sendiri tidak tahu alasan pastinya.

Malas? Bisa jadi.
Easily distracted? Well, I am such person.
Sibuk? Kadang, iya, tapi bukan itu juga.
Lalu?

Tidak pede.

Namanya Depe tapi tidak pede. Ironis ya? 😀
Tapi setelah dipikir-pikir, ketidakpedean saya inilah penyebabnya. Tak terhitung berapa kali saya menghapus kalimat-kalimat yang telah saya tulis berjam-jam, karena saya malu untuk menampilkannya di blog.
Saya merasa tidak cukup baik. Bahkan saya selalu merasa diksi dan gaya penulisan saya buruk sekali.Sering bergaul dengan para blogger keren di Kopdar Jakarta bukannya menyuntikkan semangat baru, tapi malah membuat jeri. Duh, apa yang salah dengan saya ini ya?

Sampai kemudian saya berpikir, saya mau begini sampai kapan?
Twitter memang menyenangkan, namun saya butuh wadah pencurah pikiran yang kapasitasnya lebih dari 140 karakter. Kadang ide bergaung dashyat, sampai membuat kepala berdenyut-denyut.. Tapi ketidakpedean itu menghantui saya kembali. Dan sayapun mundur, lari. Memaksa pikiran dan ide memasuki shut-down. Lambat laun hasrat menulis dan ide mulai menipis, tak berbekas.

Tulisan ini saya buat untuk memelihara hasrat itu agar tidak mati. Semoga saya bisa memulai periode menulis yang lebih produktif, bukan satu post tiap dua tahun sekali. 😀

Semoga!